Badan Pangan Singapura (SFA) mengumumkan pembatasan dengan menangguhkan semua impor unggas mentah dan produk olahannya yang berasal dari Jepang, Kanada, Prancis, hingga Amerika Serikat.
Pengumuman ini dirilis SFA menyusul adanya laporan wabah flu burung dengan patogenisitas tinggi (Highly Pathogenic Avian Influenza/HPAI) yang terdeteksi di sejumlah peternakan di wilayah Asia seperti di Kamboja, dan Korea Selatan.
Penyebaran flu burung juga meluas ke wilayah Jepang, media lokal Jepang NHK melaporkan bahwa selama bulan November lalu pemerintah di prefektur Saga terpaksa memusnahkan lebih dari 40.000 burung yang positif terkontaminasi virus flu burung. Atas dasar ini pemerintah Singapura memberlakukan pembatasan impor.
“Kami menangguhkan impor dari daerah yang terkena HPAI atau hanya mengizinkan produk yang telah diberi perlakuan panas untuk menonaktifkan virus HPAI,” jelas SFA.
Tak hanya itu pemerintah setempat juga turut memperketat aturan pada rumah potong hewan di Singapura, dimana mereka harus menerapkan langkah-langkah biosekuriti seperti mencegah kontak burung liar dengan kawanan unggas mereka. Masyarakat juga diimbau untuk tidak menyentuh hewan liar yang mati atau sakit.
“SFA memeriksa peternakan unggas lokal dan rumah potong hewan, serta menguji unggas hidup dan unggas impor di peternakan lokal untuk mengetahui adanya flu burung,” kata badan tersebut di situs webnya, sebagaimana dikutip dari Channel News Asia.
Meski Ketua Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan risiko penularan virus flu burung ke manusia rendah. Namun pemerintah Singapura menilai pengetatan yang diterapkan saat ini merupakan bagian pencegahan dengan tujuan untuk meminimalkan risiko yang tidak diinginkan.
SFA tak menjelaskan sampai kapan pembatasan impor akan dilakukan, namun apabila kebijakan ini diberlakukan dalam jangka waktu yang lama Singapura berpotensi mengalami kekurangan stok unggas.